Ujian Sabar, 3 Anakku Dirawat

Tag

,

dok. Pribadi

Ini hari ke-10 saya dan suami menjadi penunggu pasien di rumah sakit karena 3 anak kami harus dirawat dengan diagnosa yang sama, dengue fever, dengan kondisi si sulung plus typhus.

Rabu sore, 20 Juli, saya mendapati anak ke-3 terlelap di sofa dengan muka kemerahan. Badannya panas tinggi, 39° lebih. Kondisinya tak membaik setelah berobat ke dokter. Obat dari dokter tidak berpengaruh banyak pada demamnya. Bahkan besok sorenya, demamnya 40°.


Berdua dengan kakak sulungnya, saya bawa dia ke IGD. Dokter IGD langsung merekomendasikan untuk rawat inap karena trombositnya turun. Kakaknya yang ke-2, sempat pula ikut ke RS membantu membawakan tas saat adiknya sudah dapat kamar inap. Saya yang menjaganya di rumah sakit malam itu karena ayahnya baru bisa pulang Sabtu, dan saya meminta si sulung yang menemani adik-adiknya di rumah.

Baca lebih lanjut

Pejuang (Subuh) eKTP

Tag

, , ,

Horeee…..sweet seventeen! Saya? Bukan pastinya. Tapi sulung saya yang menginjak 17 tahun Juni kemarin. Kok emaknya yang heboh? Ya, karena emaknya ikut mengalami berbagai kehebohan di usianya yang 17 ini. Bukan heboh pestanya, karena di keluarga kami memang belum pernah membuat pesta ulang tahun, tepatnya, sih, tidak membiasakan. Kalaupun ada ‘perayaan’ hanya terbatas mengucapkan selamat ulang tahun, mendoakan hal yang terbaik, kasih kue atau makan sekeluarga di luar. Justru kehebohan ini terjadi saat berjuang (yaelah berjuang!) mendapatkan legalitas sebagai penduduk berusia 17 tahun alias punya KTP!

Cerita berawal dari bulan Maret, saat si sulung bilang, “Besok disuruh bawa fotokopi KK, Bu, buat rekam data eKTP di sekolah.”. Baca lebih lanjut

Judge By Its Cover

Tag

, , , ,

thumb_old-saying-think-before-you-speak-new-saying-google-before-9904344

(source https://me.me/t/think-before-you-speak)

“Gini salah gitu juga salah!” Begitu curhat seorang kawan. Apa pasal? Gara-gara apapun yang dikerjakan tetap dianggap salah. Belum lagi kawan lain yang dituduh keluyuran padahal seharian mencari rejeki halal.

Saya bisa maklum kalau mereka kesal, meski tetap saya berucap menghibur, “Wes, jangan didengerin.”

Soal dihakimi sekedar karena penampakan alias cover aja, kenyang saya. Baca lebih lanjut

Reuni Itu Negatif? Ah, Positifin, Aja..

Tag

, , , , , , ,

sugeng rawuh

Banner selamat datang acara reuni (kredit : espero92 Purwokerto)

Lebaran kali ini saya dan suami kompak bener, kompak ikut reuni. Ayahnya ikut reuni teman-teman SMA-nya, saya reuni dengan kawan SMP. Kebetulan kabar rencana reuni ini datang hampir bersamaan waktunya.

“Tanggal berapa acara reuni Ayah? Ibu udah daftar, lho?” Saya sempat panik, khawatir bentrok dengan acara reuni suami. Bukan apa-apa, masalahnya tempat reuni suami di Majenang, sedangkan saya di Purwokerto. Satu di barat, satu di timur. Selain itu, setiap kali mudik belum tentu saya bisa ke Purwokerto, ‘kampung halaman’ ke-2, mengingat saya gede di sana.

“Kalau bentrok, berarti berangkat sendiri-sendiri, ya? Ayah ke Majenang, Ibu ke Purwokerto?” usul saya, yang langsung dibalas dengan ekspresi ketidaksetujuan oleh suami.

“Ayah tanggal 28, Ibu tanggal berapa?”

Fiuuuhh…lega saya. Karena ternyata beda hari, acara reuni SMP saya kebetulan tanggal 29. Baca lebih lanjut

Romantisme KLa, Romantisme Sepanjang Masa

Tag

, , , , , , , ,

kla-project

Saya mengenal KLa Project saat duduk di bangku SMP. Sekitar tahun 90-an. Yogyakarta adalah lagu KLa pertama yang menarik perhatian saya. Sedikit telat alias kuper, karena justru lagu Yogyakarta ada di album kedua KLa. Sesudah mengenal Yogyakarta, baru saya kenal lagu-lagu dari album pertama dan album kedua yang lainnya. Baca lebih lanjut

Jiwa-Jiwa Yang Patah

Tag

,

Pagi itu saya termenung, membaca curahan kerinduan seorang anak pada ayahnya. Bukan rindu yang biasa. Bukan rindu seperti rindu saya pada Bapak. Ini berbeda. Dalam rindu saya, saya masih dapat melukis kenangan bersama Bapak dengan baik. Saya masih mampu mengukir senyum Bapak dengan sempurna meski beliau telah tiada. Ini tentang rindu yang penuh dengan kepedihan. Rindu yang bertumbuh pada jiwa yang patah.

photo by Hesti Edityo

photo by Hesti Edityo

Baca lebih lanjut

Lupakan Saldo di Tabungan!

Tag

Sedia payung sebelum hujan. Begitulah kira-kira perumpamaan yang pas dikaitkan dengan aktivitas menabung. Jaman kecil dulu, tabungan yang popular adalah celengan. Mulai dari celengan dari bambu yang diberi celah, celengan tanah liat, sampai celengan dengan bentuk-bentuk lucu. Biasanya, pas kecil lumayan semangat ngumpulin duit di celengan. Tapi, begitu dewasa, apalagi begitu sudah berlabel emak-emak, butuh perjuangan khusus buat istiqomah menabung. Apalagi bila kebutuhan hidup semakin banyak, butuh strategi khusus untuk menyiapkan dana khusus dalam tabungan. Baca lebih lanjut

Aku, Nova, dan Baby Blue

Tag

Aku masih SMP, waktu kakak pertamaku berlangganan Nova. Ya, itulah kali pertama aku mengenal Nova. Sedari kecil, sedari melek huruf dan bisa membaca, aku memang “melahap” bacaan apapun. Mau majalah, tabloid, surat kabar, novel, komik, semuanya, deh! Mau itu untuk anak-anak, remaja, emak-emak, atau yang serius banget, kalau ingin baca, ya, baca. Saat itu, selain aku, kakakku, ada juga anak-anak kakakku yang selalu berebut setiap hari Kamis saat Nova datang. Alhasil, tak jarang lembar-lembar Nova tercerai berai, lembar yang ini aku yang pegang, lembar yang itu di kakakku, lembar-lembar lainnya di keponakanku. Giliran semua ingin membaca lembar yang sama tetapi berbeda halaman, hebohlah jadinya. Semua ngotot ingin membaca lebih dulu. Bila sudah begitu, keluarlah jurus maut kakakku, “Yang bayar dulu yang baca! Gak sopan nduluin orang tua!” Baca lebih lanjut

Working Mom’s Dillema

Tag

, , , , ,

“Ibu berhenti ngajar aja, ya, Yah….”

my boys (dok. pribadi)

my boys (dok. pribadi)

Inilah kalimat andalan yang seringkali kuutarakan kepada suami saat kegalauanku muncul. Kegalauan yang muncul saat dihadapkan pada peranku sebagai ibu dan pekerjaanku sebagai guru. Biasanya penyebabnya saat anakku sakit, tak ada yang menjaga anakku, atau anak rewel tak mau ditinggal, sementara tugasku sebagai seorang profesional melambai-lambai menuntut tanggung jawab. Baca lebih lanjut

Me Time

Tag

, ,

“Pulang kerja, kok, malah mampir-mampir! Bukannya langsung pulang!”

Kalimat ini pernah ditujukan seseorang padaku, tidak persis sama secara tekstual, tetapi kurang lebih seperti itu. Tentunya dengan nada yang lumayan pedas, gara-gara aku yang sesekali mampir sepulang mengajar ke tempat teman sekedar untuk “meluruskan” badan yang terasa penat.

“Kok, sempat-sempatnya menulis, sih? Aku yang anaknya nggak sebanyak kamu, aja, kayaknya repot banget mengurus ini itu, mana ada waktu untuk menulis…” Baca lebih lanjut